Wednesday, December 11, 2013

Ember Bocor Yang Sedih (Cerita Inspiratif)

Ember Bocor Yang Sedih (Cerita Inspiratif)

Udara dingin pegunungan di sela deraian daun. Kemilau jingga keemasan mentari senja tampak memantul berganti-gantian di permukaan air yang beriak dalam dua ember yang dipikul seorang petani. Sebuah rutinitas yang tampaknya dijalani dengan keriangan hati.

Dalam hempasan nafas lelah yang panjang, tersirat binar kepuasandalam raut wajah sang petani pembawa ember air tesebut. Akan tetapi, suatu kala terjadi sesuatu diantara dua ember yang dipikul petani tersebut. Akan tetapi, sutu kala terjadi sesuatu di antara dua ember yang di pikul petani tersebut. Salah stu ember berujar kepada ember yang lain, “hei, cobalah lihat dirimu, ember bocor, bercerminlah. Sadarkah engkau setiap hari membuang setengah dari air yang terisi penuh?” Ember bocor kaget dan menyadari ada sebuah lubang hakus pada dirinya. Sepanjang perjalanan, air yang dibawahnya perlahan menetes keluar dan tersisa setengahnya ketika sampai di tujuan.

Kesedian mulai mengaduk-aduk perasaan ember bocor. Ia mulai merasa dirinya ember yang tak berguna. Ia tak dapat memberikan yang terbaik terhadap sang petani. Setiap hari ia hanya merasa menjadi beban, merugikan petani setengah dari kapasitas yang mestinya bisa ia bawa. Hari demi hari, batin ember bocor terasa semakin hampa dan tersiksa.

Suatu hari, petani menyadari ember bocor yang sedang menangis. Petani menanyakan alasan mengapa ember bocor merasa sedih. Setelah memahami semuanya, petani tersenyum sambil memandang hamparan langit biru, kemudian berujar, “tahukah engkau, kenapa aku bahagia memilikimu? Meskipun sepanjang perjalanan engkau menetes separuh air yang dibawa....”

Ember bocor terperanjat dan bertanya, “ke-ke-kenapa?” petani melanjutkan, “lihatlah hamparan jalan yang setiap hari kita lalui setiap hari. Salah satu sisi jalan ditumbuhi oleh bunga-bunga yang indah bukan? Tahukah engkau bunga-bunga itu tumbuh karena tetesan air yang jatuh darimu? Karena ‘ketidaksempurnaan’ yang engkau milikilah, bunga-bunga indah tersebut tumbuh berkembang!”

Suatu perasaan ringan spontan menggelora dalam diri ember bocor. Ya, dalam segenap kekurangan dan keburukan, ternyata masih ada keindahan yang dapat tumbuh. Keindahan yang mengalir bersama kuntum-kuntum bunga yang terseyum. 

sumber : artikel buddhist

No comments:

Post a Comment