Penyakit bipolar adalah jenis penyakit psikologi yang ditandai dengan perubahan mood secara ekstrim. Istilah bipolar dipakai untuk menunjukan suasana hati penderitanya yang dapat berubah-ubah secara ekstrim antara dua kutub yaitu kebahagian dan kesedihan
Biasanya orang yang menderita penyakit bipolar bisa merasa sangat antusias dan penuh semangat namun secara tiba-tiba perasaan tersebut akan berubah secara drastis menjadi kesedihan yang mendalam dan menimbulkan perasaan sangat kecewa, putus asa, pesimis, bahkan hingga memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Di Indonesia sendiri masih banyak yang belum mengetahui tentang penyakit mental dan kejiwaan yang satu ini, padahal di beberapa negara di dunia penyakit ini mulai diantisipasi secara serius.
Gejala-gejala dari penyakit ini pun bervariasi, dikarenakan penyakit bipolar ini memiliki 4 tingkatan yaitu :
Depresion
- Suasana hati yang selalu sedih berlarut-larut atau berkepanjangan
- Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
- Mudah letih, tak bergairah dan tak bertenaga
- Kurang percaya diri
- Memiliki keinginan untuk bunuh diri
Mania
- Memiliki perasaan gembira secara berlebihan
- Mudah tersinggung dan marah
- Membuat keputusan aneh dan tidak masuk akal, namun cenderung berbahaya
- Seperti mendengar suara bisikan yang orang lain tidak mendengar
- Sulit tidur
Hypomania
Pada tingkatan ini penderita memiliki gejala yang hampir sama dengan tingkat mania, hanya saja pada tingkatan ini penderita lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Tingkatan hipomania ini sulit di diagnosis karena terlihat seperti orang biasa, tetapi sebenarnya memiliki risiko yang sama dengan tingkatan mania.
Mixed Mood
Pada tingkatan ini penderita mengalami tingkatan Mania dan Depresion secara bersamaan dan berulang-ulang. Tanda-tanda umum pada tingkatan ini termasuk depresi di kombinasikan dengan aglitasi, iribilitas, kegelisahan, dan insomnia. Kombinasi energi yang tinggi dari tingkatan ini beresiko lebih tinggi untuk bunuh diri.
Salah satu faktor penyebab utamanya adalah faktor fisiologis dimana cairan kimia pada otak tidak seimbang. Diketahui bahwa otak memiliki neurotransmitters sebagai cairan yang menjaga kestabilan dari sel ke sel, neurotransmitters yang diperlukan oleh otak untuk berfungsi adalah dopamine dan serotonin dua sel tersebut memegang penting dalam kesehatan emosional seseorang. Jika dua susunan dari sel tersebut tidak seimbang maka akan memicu penyakit bipolar.
Baru-baru ini sebuah penelitian baru di Amerika Serikat juga telah menemukan bahwa seseorang yang gemar makan atau makan berlebih cenderung berisiko memiliki penyakit bipolar.
Para peneliti menemukan bahwa kurang dari 10% orang yang mengalami penyakit bipolar ternyata adalah orang-orang yang gemar makan atau makan berlebih. Menurut penelitian yang juga telah diterbitkan secara online oleh Journal of Affective Disorders bahwa wanita cenderung lebih banyak terkena gangguan penyakit bipolar dibandingkan dengan pria.
"Penyakit ini lebih rumit dan kemudian memiliki banyak definisi tentang konsep bagaimana menemukan cara terbaik untuk pengobatannya." kata rekan penulis studi ini Dr. Mark A. Frye, M.D., seorang psikiater dan Lead Psychiatry/Psychology Department di Mayo Clinic in Rochester, Minnesota.,
"Itu perlu digarisbawahi bahwa pentingnya mencoba menstabilkan suasana hati, karena seperti yang diketahui bahwa orang yang menderita gejala penyakit bipolar frekuensi makannya cenderung meningkat." sambung Dr. Frye
Para peneliti juga telah merencanakan untuk membuat penelitian yang lebih fokus untuk menentukan apakah ada hubungan genetik antara banyak makan dan penyakit bipolar tersebut.
No comments:
Post a Comment